Friday, 5 April 2013

Kau Sungguh Sempurna


 TERLALU INDAH

Apa yang telah aku lakukan untuknya, hanya sekedar bisa meminta dengan berbagai usaha supaya ia berkata “iya”. Hanya susah yang dapat aku bagi dengannya, dikala bahagia? Kapan aku bisa bersamanya, aku selalu saja dungu ketika bahagia untuk mengajaknya. Tidak ada satu hal pun yang tersirat dalam pikiran untuk membalas semua jasanya. Pantas saja tuhan tak rela bila hatinya terlukai oleh diriku yang terus berpikir apakah pantas mendapatkannya. Pantas saja tuhan menempatkannya dalam derajat yang tak terkira oleh jiwa. Ternyata ia sangat mulia dihadapannya, tidak ada kasih sayang yang melebihi kasih sayangnya kepadaku. Ialah yang membuat dunia ini sangat indah dalam perjalanan panjang yang bersejarah. Ia selalu ada dalam setiap tikungan yang hampir saja aku berbelok arah yang tak tahu kemana arahnya bila aku terjerumus dalam tikungan tersebut, ia yang selalu menunjukan jalan ketika aku bertemu dengan kebuntuan yang mungkin saja aku bisa berpaling kepada-Nya, dan ia pun yang menghadang aku kala jalanku menemui jurang yang terjal, yang bisa membuatku melupakannya. Sehingga aku pun berkata “sungguh, engkau adalah segalanya bagiku, tak akan pernah ada yang menggantikanmu disampingku, dan tak akan pernah sama kasihnya seperti kasihmu, sungguh kasih sayang yang sempurna yang pernah ku rindu”. Tuhan, mengapa engkau kirimkan ia untukku, aku tak tahan menerimanya hanya dengan menyusahkan nasibnya dalam sejarah hidupku.
Pertama kali bertemu dengannya, tak kuasa aku menatapnya. Matanya penuh dengan kasih sayang yang tiada terkira. Ia rela untuk menggendong aku yang berlumuran darah dibadan ini, ia rela memasang telinganya dikala malam buta hanya untuk mendengarkan rengekan yang selalu menyusahkannya. Ia tidak merasakan badannya yang lemah yang mesti membutuhkan ruang untuk merebah. Ia, ia dan ia, rasanya tidak akan habis bila membicarannya walau sampai dunia ini tidak lagi berputar dalam porosnya. Tuhan, bimbinglah hamba untuk tidak melukainya, hukum hamba dengan setara bila hamba melukainya. Karena ia adalah aset berharga hamba yang melebihi hidup hamba hari ini sampai usia renta, bahkan sampai kapan pun yang tak akan terhalang oleh ruang dan waktu yang mencoba memisahkannya dariku.
Mengapa engkau baru menyadarkanku hari ini, sungguh-sungguh menyesal aku yang telah melupakan kasihnya sejak dulu. Apakah engkau mengajarkan aku bagaimana perihnya sebuah penyesalan yang terdahulu? Tuhan, semoga engkau tidak lagi membuatku lupa akan jasanya. Jangan jauhkan aku dari genggaman tangan yang amat lembut itu, ingin rasanya aku selalu dalam pelukan hangatnya. Tangan itu, tangan yang akan selalu aku rasakan walau tidak lagi aku dapatkan. Sungguh sempurnanya ia yang tak bosan-bosannya yang selalu hadir dalam susahku. Ia adalah pahlawan sejarah yang sebenarnya, aku hanya ingat pada pahlawan yang telah berjasa pada satu negara, tapi tak ingat kepada pahlwan dunia, yang telah menjadikan mereka-mereka pahlawan bangsa. Tuhan, sungguh senyumnya yang tiada tara membuat air mata tak tertahan dalam jatuhnya. Berikan aku kekuatan untuk membalas yang setidaknya dari secuil kasih sayangnya. Ia sungguh manusia sejati yang pernah aku temui didunia ini. Pelukan hangatnya yang penuh cinta membuat dunia ini terasa dalam ujung perdamaian sejati.
robbig fir lii, waliwali daini, warham huma kamaa robbayani soghiro” ya tuhan, ampunilah saya dan kedua orang tua saya seperti engkau mengampuni orang-orang yang menyayangiku sejak kecil. Hanya untaian kata itulah yang terus terucap dalam dua bibir yang tak tahu terima kasih kepadanya. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan untuk mengucap terima kasih kepadanya. Namun ia selalu saja memberikan aku yang terbaik dalam hidup, walau itu tak mudah bagi semua orang, ia bisa mendapatkannya demi aku yang tak tahu diri. Dihadapannya aku menjadi seperti seorang yang lebih baik lenyap dari dunia ini, tapi ia menyapa dengan senyum manisnya yang tak terhingga indahnya. Tuhan, sungguh aku tak sanggup menatap senyum itu, ia begitu khawatir kepadaku. Sedangkan aku, hanya bisa membuatnya susah payah memperjuangkan diriku. Tuhan, sungguh ia yang sebenarnya malaikat tak bersayap yang siap menolong setiap orang seperti halnya menolong aku dari jurang kehidupan. Tuhan, jangan cepat engkau pisahkan aku dengannya, aku rela kau tukar aku dengannya.
Ibu, engkau mutiara hidupku yang tak ternilai harganya, engkau cahaya dalam batin ini, dan engkau jalan panjang perjalananku di dunia ini. Ibu, dengarkan rintihan penuh penyesalan dan rintihan tangis anakmu yang dungu ini. Ibu, maafkan anakmu yang tak dari dulu menyadari engkaulah motivator handal dalam hidupku, ibu. Ibu, tetesan air mata ini tak bisa membayar tetesan air susumu yang mengalir dalam tubuhku. Ibu, tuhan telah menciptakan engkau dengan berbagai keindahan yang sempurna. Ibu, jangan lepaskan genggaman tanganmu dari tanganku. Ibu, aku rindu pelukan hangatmu yang menebarkan kasih sayang itu. Ibu, engkaulah inspirasiku yang tak akan pernah ada inspirasi yang mengalahkan keindahanmu. Ibu, maafkan anakmu yang tak tahu malu menyampakanmu. Tuhan telah menyadarkan bahwa engkau perjuangan hidupku. Semoga ia membalas dengan apa yang telah engkau perjuangkan untuk anakmu, disini aku selalu akan mendo’akanmu, IBU.

No comments:

Post a Comment