TERLALU INDAH
Apa yang telah aku
lakukan untuknya, hanya sekedar bisa meminta dengan berbagai usaha supaya ia
berkata “iya”. Hanya susah yang dapat aku bagi dengannya, dikala bahagia? Kapan
aku bisa bersamanya, aku selalu saja dungu ketika bahagia untuk mengajaknya. Tidak
ada satu hal pun yang tersirat dalam pikiran untuk membalas semua jasanya.
Pantas saja tuhan tak rela bila hatinya terlukai oleh diriku yang terus
berpikir apakah pantas mendapatkannya. Pantas saja tuhan menempatkannya dalam
derajat yang tak terkira oleh jiwa. Ternyata ia sangat mulia dihadapannya,
tidak ada kasih sayang yang melebihi kasih sayangnya kepadaku. Ialah yang
membuat dunia ini sangat indah dalam perjalanan panjang yang bersejarah. Ia
selalu ada dalam setiap tikungan yang hampir saja aku berbelok arah yang tak
tahu kemana arahnya bila aku terjerumus dalam tikungan tersebut, ia yang selalu
menunjukan jalan ketika aku bertemu dengan kebuntuan yang mungkin saja aku bisa
berpaling kepada-Nya, dan ia pun yang menghadang aku kala jalanku menemui
jurang yang terjal, yang bisa membuatku melupakannya. Sehingga aku pun berkata
“sungguh, engkau adalah segalanya bagiku, tak akan pernah ada yang
menggantikanmu disampingku, dan tak akan pernah sama kasihnya seperti kasihmu,
sungguh kasih sayang yang sempurna yang pernah ku rindu”. Tuhan, mengapa engkau
kirimkan ia untukku, aku tak tahan menerimanya hanya dengan menyusahkan
nasibnya dalam sejarah hidupku.
Pertama kali bertemu
dengannya, tak kuasa aku menatapnya. Matanya penuh dengan kasih sayang yang
tiada terkira. Ia rela untuk menggendong aku yang berlumuran darah dibadan ini,
ia rela memasang telinganya dikala malam buta hanya untuk mendengarkan rengekan
yang selalu menyusahkannya. Ia tidak merasakan badannya yang lemah yang mesti
membutuhkan ruang untuk merebah. Ia, ia dan ia, rasanya tidak akan habis bila
membicarannya walau sampai dunia ini tidak lagi berputar dalam porosnya. Tuhan,
bimbinglah hamba untuk tidak melukainya, hukum hamba dengan setara bila hamba
melukainya. Karena ia adalah aset berharga hamba yang melebihi hidup hamba hari
ini sampai usia renta, bahkan sampai kapan pun yang tak akan terhalang oleh
ruang dan waktu yang mencoba memisahkannya dariku.
Mengapa engkau baru
menyadarkanku hari ini, sungguh-sungguh menyesal aku yang telah melupakan
kasihnya sejak dulu. Apakah engkau mengajarkan aku bagaimana perihnya sebuah
penyesalan yang terdahulu? Tuhan, semoga engkau tidak lagi membuatku lupa akan
jasanya. Jangan jauhkan aku dari genggaman tangan yang amat lembut itu, ingin
rasanya aku selalu dalam pelukan hangatnya. Tangan itu, tangan yang akan selalu
aku rasakan walau tidak lagi aku dapatkan. Sungguh sempurnanya ia yang tak
bosan-bosannya yang selalu hadir dalam susahku. Ia adalah pahlawan sejarah yang
sebenarnya, aku hanya ingat pada pahlawan yang telah berjasa pada satu negara,
tapi tak ingat kepada pahlwan dunia, yang telah menjadikan mereka-mereka
pahlawan bangsa. Tuhan, sungguh senyumnya yang tiada tara membuat air mata tak
tertahan dalam jatuhnya. Berikan aku kekuatan untuk membalas yang setidaknya
dari secuil kasih sayangnya. Ia sungguh manusia sejati yang pernah aku temui
didunia ini. Pelukan hangatnya yang penuh cinta membuat dunia ini terasa dalam
ujung perdamaian sejati.
“robbig fir lii, waliwali daini, warham huma kamaa robbayani soghiro” ya tuhan, ampunilah saya dan
kedua orang tua saya seperti engkau mengampuni orang-orang yang menyayangiku
sejak kecil. Hanya untaian kata itulah yang terus terucap dalam dua bibir yang
tak tahu terima kasih kepadanya. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan untuk
mengucap terima kasih kepadanya. Namun ia selalu saja memberikan aku yang
terbaik dalam hidup, walau itu tak mudah bagi semua orang, ia bisa
mendapatkannya demi aku yang tak tahu diri. Dihadapannya aku menjadi seperti
seorang yang lebih baik lenyap dari dunia ini, tapi ia menyapa dengan senyum
manisnya yang tak terhingga indahnya. Tuhan, sungguh aku tak sanggup menatap
senyum itu, ia begitu khawatir kepadaku. Sedangkan aku, hanya bisa membuatnya
susah payah memperjuangkan diriku. Tuhan, sungguh ia yang sebenarnya malaikat
tak bersayap yang siap menolong setiap orang seperti halnya menolong aku dari
jurang kehidupan. Tuhan, jangan cepat engkau pisahkan aku dengannya, aku rela
kau tukar aku dengannya.
Ibu, engkau mutiara
hidupku yang tak ternilai harganya, engkau cahaya dalam batin ini, dan engkau
jalan panjang perjalananku di dunia ini. Ibu, dengarkan rintihan penuh
penyesalan dan rintihan tangis anakmu yang dungu ini. Ibu, maafkan anakmu yang
tak dari dulu menyadari engkaulah motivator handal dalam hidupku, ibu. Ibu, tetesan
air mata ini tak bisa membayar tetesan air susumu yang mengalir dalam tubuhku.
Ibu, tuhan telah menciptakan engkau dengan berbagai keindahan yang sempurna.
Ibu, jangan lepaskan genggaman tanganmu dari tanganku. Ibu, aku rindu pelukan
hangatmu yang menebarkan kasih sayang itu. Ibu, engkaulah inspirasiku yang tak
akan pernah ada inspirasi yang mengalahkan keindahanmu. Ibu, maafkan anakmu
yang tak tahu malu menyampakanmu. Tuhan telah menyadarkan bahwa engkau
perjuangan hidupku. Semoga ia membalas dengan apa yang telah engkau perjuangkan
untuk anakmu, disini aku selalu akan mendo’akanmu, IBU.
No comments:
Post a Comment