Tuesday, 15 April 2014

ASUS Notebook Terbaik dan Favoritku



“ASUS Notebook Terbaik dan Favoritku”

Berubah status dari siswa menjadi mahasiswa membuat aku dan mereka semua berburu kebutuhan yang menunjukkan seorang mahasiswa. Tidak tahu apa maksudnya, namun itulah kenyataan dari kehidupan mahasiswa. Yang tidak mungkin ada tadinya, menjadi ada dengan mudah saja. Memang benar, kalau saja tidak ada dia, semua tugasku akan sangat sulit terselesaikan, bahkan terbengkalai. Alasannya satu, tidak punya notebook atau laptop.
Namun apa daya dan upaya bila tidak memilikinya sebagai mahasiswa. Setelah merenung sejenak dan berpikir radikal, akhirnya aku punya jalan keluar, merengek pada orang tua dengan berorasi “Ibu! Ayah! Minta beliin laptop buat ngerjain tugas kuliah,” pintaku sambil guling-guling di tanah yang sesuai skenario yang sudah aku tentukan.
Sebenarnya bisa saja tugas kuliah selesai tanpa harus punya dia, contohnya saja teman sekamarku, Rojikin. Orangnya dingin alias santai bawaannya, mungkin dia satu-satunya mahasiswa yang belum memiliki si penampung data-data perkuliahan yang pernah aku tahu. Kalau dia mau mengerjakan tugas kuliahnya, dia cari-cari kesempatan kapan notebookku dicuekan olehku, itulah hebatnya dia.
Tapi aku tidak bisa seperti anak muda yang berasal dari daerah yang ingin sekali rasanya aku menginjakkan kaki di tanah itu, yaitu Banten. Karena satu alasan yang sederhana, kalau aku tidak punya, lalu aku pinjam ke siapa? Seorang Rojikin pun pasti kewalahan, curi-curi kesempatan bagaimana lagi kalau notebooknya pun tidak ada yang punya dalam satu kamar itu.
Oh iya, perkenalkan, ini aku, namaku Zaeni. Aku adalah mahasiswa semester delapan bisa dibilang semester akhir dalam aturan mainnya. Aku adalah mahasiswa biasa-biasa saja di kampus tercintaku, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Walau pun biasa, aku akan mengerjakan satu hal yang luarbiasa, membuat skripsi.
Ini ceritaku sebagai mahasiswa baru yang menginginkan sahabat setia mahasiswa, pertama kali statusku berubah menjadi mahasiswa, dalam benakku terbayang seorang mahasiswa yang terus menenteng notebook atau laptop dengan buku-buku tebal yang ia bawa. Sungguh menakutkan, karena aku hanya seorang anak manusia yang tidak hobi membaca. Sedangkan hobiku, bercanda dan bergurau dengan teman-teman.
Memang benar begitu adanya, “Sekarang sudah menjadi MAHASISWA, bukan siswa lagi,” kata ayahku saat tahu aku diterima disana. “Maka darinya, seorang mahasiswa harus berjuang lebih dari seorang siswa,” lanjut ayah. Ayahku tahu betul apa kebutuhan yang paling dibutuhkan oleh seorang mahasiswa, aku berharap ayah menawariku untuk memiliki satu asset paling berharga bagi seorang mahasiswa dengan berkata, “Notebook atau laptop apa dan bagaimana yang mau kamu beli?”.
Namun anggapanku salah besar, nol besar, ayah malah menyarankan kepadaku dengan saran yang sangat aku tidak suka. “Kalau mahasiswa itu, harus banyak membaca buku,” saran ayah. Tubuhku langsung melemas mendengarkan perkataan itu, tapi memang benar, mahasiswa itu harus banyak membaca. Membaca disini aku artikan bukan membaca buku saja. Melihat kondisi dan kejadian sekitar pun adalah membaca.
Ayah memang menyarankan begitu, kalau aku merengek meminta apa yang aku inginkan pada ayah percuma saja. Karena keuangan keluarga semuanya ibuku yang pegang dan keputusan pun ada pada ibu. Usahaku tidak sia-sia, setelah merengek beberapa jam dengan guling-gulingan di tanah, ibu melihatku kasian juga, yang pada akhirnya mengabulkan satu permintaan yang pasti banyak mahasiswa lain ajukan.
Disinilah start-ku memilih-milih dan tengok sana-sini cari informasi tentang notebook atau yang berkualitas, namun masih bisa terjangkau oleh mahasiswa sepertiku. Setelah bertanya kesana-kemari, terakhir yang aku lakukan sebelum terjun langsung ke lapangan adalah menanyakan pada Mbah Google, yang tahu tentang semuanya, namun tidak so tahu.
Ada satu momen yang tidak bisa aku lupakan dengan si Mbah. Saat iseng-iseng dan rasa penasaran apa yang akan keluar ketika aku mengetik nama “ROJIKIN” pada mesin pencari terbesar itu, ternyata yang keluar adalah seorang politisi di suatu daerah yang sedang menyalonkan dirinya sebagai bupati daerah tersebut. Orang itu berbadan gendut, berkumis tebal dan bernama “Rojikin” pula, tidak ada kepanjangannya. Melihat apa yang sedang terjadi, aku hanya bisa tertawa terbahak-bahak melihatnya.
Si Mbah itu baik sekali, tidak pelit, semua info yang aku butuhkan ia keluarkan ketika aku mencari notebook atau laptop yang sesuai kebutuhanku dengan kata kunci “Notebook Terbaik”, tidak tanggung-tanggung, banyak sekali tipe notebook dan laptop yang menampakkan dirinya padaku. Aku coba melihat satu persatu, sebagai siswa yang masih dalam tahap adaptasi dengan status mahasiswa, aku hanya bisa mengkunsultasikan kembali pada orang yang lebih tahu, setelah si Mbah membimbingku untuk mengetahui macam-macam notebook yang lumayan membuat aku pusing seperti ditimbuk batu dari belakang, yang tepat mengenai bagian belakang kepalaku.
Proses pencarian selesai sudah, namun aku belum menentukkan notebook mana yang akan menjadi pendampingku menjelajahi rimba perkuliahan. Aku sebut perkuliahan itu bagaikan hutan rimba, karena memang kehidupan disana seperti di dalam rimba. Hukum rimba pun berlaku sebagai aturan mainnya. Siapa yang lemah atau malas-malasan, akan jatuhlah ia dan mungkin tidak akan melanjutkan perkuliahannya lagi.
Karena mahasiswa yang pintar akan semakin pintar dan yang biasa sama seperti biasanya serta yang kurang pintar akan semakin merosot karena semua kesempatan akan tertutup oleh mahasiswa yang pintar. Memang, semuanya harus berlomba-lomba, namun beginilah bekerjasama dengan orang-orang pintar. Mereka akan bekerja sendiri saja, tanpa memedulikan teman sekelasnya, itu hanya menurutku. Bagaimana menurut kalian?
Ketika dia berkenan mengasih tahu tentang satu tugas, dia hanya memberi tahu deadline tugasnya saja. Tidak memberi tahu bagaimana cara mengerjakan tugas tersebut. Dan aku sempat bertanya-tanya, “Apa yang sedang mereka pikirkan!?” tanyaku dalam hati. Apa mereka takut image kepintarannya tersaingin oleh temannya! Tapi itu bukan urusanku, aku hanya bisa berjuang sendiri. Karena yang menentukan kedepannya hanya aku sendiri.
Pemburuan notebook pun berlanjut dengan memutuskan terjun langsung ke lapangan. Supaya jelas notebook apa yang sesuai kebutuhanku. Namun bukannya tidak dengan bekal yang ada dalam kepalaku, karena kalau aku mau membeli sesuatu, apa lagi di saat seperti ini, sedikit pengetahuan harus ada.
“Harus punya bekal kalau mau kemana-mana itu,” ayah berpesan padaku saat kecil dulu. Ini pesan yang membuatku terus mempersiapkan diri kalau aku mau pergi, walau pun hanya keluar rumah satu langkah. Bekalnya bermacam-macam, bisa saja dengan sebuah pengetahuan tentang apa yang mungkin aku lihat di luar sana.
Contohnya saja saat aku mau keluar dari kamarku yang akan membeli jus alpukat. Sebelum berangkat dan sebelum membelinya, aku harus tau apa manfaat buah alpukat untuk tubuhku. Dan ternyata, alpukat itu baik untuk kesehatan kulit dan rambut kita, yang di dalamnya mengandung vitamin E yang akan melindungi kulit dan tambut kita dari radiasi sinar matahari.
Mungkin aku sudah siap untuk memilih, dengan pengetahuanku yang sangat sedikit ini. Namun aku percaya, aku akan menemukan pengetahuan yang baru ketika nanti bertanya-tanya pada penjaga di setiap tokonya. Aku yakin mereka semua ramah-ramah, karena keramahannya aku yakin juga mereka tidak akan pelit berbagi informasi tentang notebook.
Aku pergi bersama dua teman baikku, ke tujuan yang sudah ditentukan. Kita pergi ke sebuah tempat pusat perbelanjaan elektronik di kotaku sebagai mahasiswa. Ini adalah pengalaman pertama kalinya untukku saat itu, saat baru beberapa bulan menikmati indahnya kota kembang. Aku pergi dengan rasa bangga, kenapa tidak? Ada tiga kebanggaan yang ku bawa saat itu.
Pertama, ini kebanggaan yang paling aku banggakan, yaitu kepercayaan orang tua. Seumur hidupku sebagai manusia baru saat itu orang tuaku mempercayai aku untuk menjaga uang yang tidak sedikit jumlahnya, dan yang paling penting lagi, aku dipercaya untuk membelinya sendiri. Siapa coba yang tidak bangga ketika kita dipercaya oleh orang tua? Pasti semua manusia merasakan kebanggaan tersendiri ketika orang tuanya percaya pada dirinya.
Kebanggaan yang kedua, menikmati indahnya kota Bandung malam hari. Karena ini pengalamku yang pertama kali mengelilingi kota Bandung juga, hal ini menjadi kebanggaan tersendiri untukku. Bandung itu indah walau di siang hari, namun aku terkejut dengan keadaan Bandung di malam hari. Sungguh indah, semoga keindahannya tetap terjaga.
Dan ini kebanggaanku yang ketiga, atau kebanggaanku yang terakhir, mempererat persahabatan. Namanya Abul dan Abdul, tapi ingat, mereka bukan kembar. Namun namanya saja yang hampir mirip. Abul orangnya terlalu emosional, namun dengan candaanku sifatnya bisa aku redam. Sifat Abul dan Abdul memang berbanding terbalik, kalau Abdul orangnya murah senyum, sampai-sampai tiang besi pun ia cium. Namun itu kenangan SMA dulu, saat kita bermain futsal bersama.
Karena lapangan futsal di sekolah kita terbuka dan serba guna, ada dua tiang yang berdiri tegak di sebelah kanan dan kiri lapangan. Katanya tiang itu digunakan untuk bermain voli yang tingginya masing-masing 2 meter, “Untuk net ketika ingin bermain bola voli,” jelas divisi olahraga sekolah.
Ketika mengetahui aku akan membeli notebook atau laptop, mereka berdua saling menyarankan padaku untuk membeli notebook dan laptop kepercayaan mereka. Aku pun percaya, mereka pasti menawarkannya dengan banyak pertimbangan padaku. Sehingga ketika aku memutuskan membeli notebook dan laptop yang mereka sarankan, aku tidak kecewa. Tapi aku percaya, semua notebook dan laptop itu bagus kualitasnya. Namun ada yang cocok dan tidak dengan pemiliknya.
Saran Abdul sangat baik dan menarik, sehingga aku mempertimbangkan sarannya. Dia membagi informasi kepadaku tentang notebooknya yang ber-branded ASUS. Katanya, notebook ASUS itu paling nyaman untuk digunakan oleh aku, dia dan mereka sebagai mahasiswa. Memang benar kata Abdul, rata-rata teman sekelasku kebanyakan memakai notebook ASUS. Namun aku belum percaya, apakah benar notebook ASUS itu nyaman digunakan bagi mahasiswa.
Setelah berkeliling mengitari pertokoan yang ada di pusat perbelanjaan elektronik ternama di Bandung, aku mencoba untuk mendengarkan perkataan seorang Abdul yang menyarankanku menggunakan ASUS. Aku mendekati sebuah toko yang didominasi oleh tulisan ASUS, aku penasaran dengan yang namanya ASUS itu.
Seorang penjaga toko menghampiri kami yang sedang memelototi satu barang yang lumayan memikat mata untuk terus memandangnya. Dan akhirnya, aku mencoba untuk melihat-lihat dan memegang-megang, tentunya setelah meminta izin dari sang penjaga toko. Aku colek dia, aku pandang dia dan aku pijit dia dengan lembut dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
Setelah beberapa ribu kali aku berpikir, akhirnya pilihanku jatuh padanya. Ia bernomor model A43S, aku tidak mengetahui lebih jauh tentang laptop ini. Namun aku merasa nyaman berdekatan dengannya. Merasa jari-jariku ingin terus menari diatas keyboard yang lembut ini. Dan aku memutuskan untuk bisa memilikinya.
Persetujuan demi persetujuan aku lewati untuk mendapatkannya. “Mau nunggu atau jalan-jalan dulu?” Tanya sang penjaga toko. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan sambil melihat-lihat indahnya dunia elektronik. Ternyata butuh waktu beberapa jam untuk bisa membawanya pulang. Karena harus menghidupkannya dari tidur panjang.
Aku tidak sabar untuk bisa bersamanya, berjuang mengalahkan samudera perkuliahan. Mudah-mudahan dia sahabatku yang paling setia saat aku menjadi mahasiswa. Bahkan jika berkenan menjadi penghibur hatiku disaat aku bergulat dengan masalah-masalah kemahasiswaan. Contoh kecilnya saja, bisa menjadi teman disaat malam hari yang sepi, dimana teman-teman kampusku berpisah sejenak yang terhalang oleh dinding malam.
Saat aku berjalan-jalan aku sempat berpikir kembali, “Mengapa aku memilih laptop ASUS, kenapa tidak memilih yang lain?” pikirku dalam hati. Namun ada alasan tersendiri yang menguatkan aku tetap pada pilihan itu. Yang pertama tentunya terlanjur, memang benar, aku terlanjur memilih laptop ASUS yang sudah bertransaksi sebegitu rumitnya.
Selanjutnya, aku menemukan satu hal yang tidak biasa ketika melihatnya. Aku langsung tertarik olehnya. Seperti seorang pria menyukai seorang wanita pada pandangan pertama. Satu hal yang tidak biasanya pun terlihat sekarang, karena aku adalah gamer, laptop ini juga tidak susah untuk diajak bermain game. Dengan RAM 2 GB saja sudah cukup untuk bisa bermain game PES (Pro Evolution Soccer) mah. Jadi aku tetapkan, aku tidak akan menyesal telah memilih dia.
Alasan yang paling menguatkan aku untuk memilihnya, yaitu ketika sang penjaga menjelaskan secara gamblang tentang merk ASUS. Alasan pertama tentunya berkaca pada dunia yang semakin berkembang pesat saat ini, terutama dunia gadget, tentang bagaimana kualitas dari ASUS itu sendiri. Ternyata, ASUS itu penguasa motherboard paling laris di dunia, katanya. Kalau aku sekedar tahu saja, jadi saat itu aku hanya bisa iya-iya saja, tapi ini sangat bermanfaat bagiku.
Usut punya usut, kata sang penjaga yang berkulit putih dan badan tinggi kecil itu, setiap dari tiga komputer yang ada di dunia atau yang teman aku punya, salah satunya menggunakan motherboard ASUS. Aku merasa bangga bisa berkesempatan memilikinya. Kalau saja ada teman yang bilang apa kelebihan dari ASUS, aku akan langsung jawab dengan senang hati, “ASUS itu motherboard terlaris di dunia.”
Selain itu juga, aku kaget ketika aku akan pergi meninggalkan toko itu saat mendengar, “Garansinya 2 tahun ya kang (“Kang” panggilan akrab di kota Bandung bagi orang muda yang belum saling kenal),” kata sang penjaga. Kebanyakan dari teman-temanku yang menggunakan laptop itu bergaransi hanya satu tahun yang aku tahu. Tapi ASUS memberikan pelayanan terbaiknya dengan memberikan garansi dua tahun. Aku semakin yakin, bahwa ASUS terbaik dalam hal apa pun.
Apalagi ketika sang penjaga melanjutkan pemaparannya tentang ASUS yang satu ini, kelebihan laptop ini juga ada pada VGA-nya, yaitu Nvidia GeForce GT, yang memudahkan aku bermain game apa pun kata sang penjaga. Semakin senanglah hatiku saat itu, bukan hanya kesenangan semata, aku juga harus banyak berterima kasih pada sang penjaga, karena telah memberikan banyak informasi yang mencerdaskan pembeli.
Aku hanya bisa tersenyum bangga saat melihat Abul dan Abdul, terutama kepada Abdul yang menyarankan aku untuk membeli laptop ASUS. Dia juga baru menyadari bahwa ASUS itu merk terbaik yang pernah ada. Dia terlihat sangat bangga mempunyai notebook ASUS, tidak terkecuali aku, sang pemilik baru ASUS dengan nomor model A43S.
            Waktu pun terus berjalan, tidak terasa aku sudah bersamanya sampai selama ini. Banyak sekali manfaat yang aku rasakan dari laptop ASUS ini. Salah satunya saja, keyboard yang tidak begitu berdekatan, antara satu huruf dengan huruf lainnya ada renggang jarak. Sehingga memudahkan aku untuk mengetik dengan secepat mungkin.
Namun bukan ahli, secepat mungkin itu hanya persaanku saja. Padahal menurut orang lain belum tentu itu cepat, karena hanya mengandalkan beberapa jari saja, tidak bisa sampai sepuluh jari. Seperti orang-orang yang terbiasa dengan dunia ketik-mengetik. Aku hanya bisa menyarankan, bagi kamu yang suka dengan dunia ketik-mengetik, sebaiknya menggunakan laptop ASUS yang satu ini (A43S).
Satu catatan lagi yang mesti semua tahu, touchpad yang lebih sensitif memberikan kenyaman bagi penggunanya. Sehingga ketika ingin double click, user tidak usah susah payah harus menekan berkali-kali. Cukup dengan dua sentuhan yang setiap sentuhannya dibarengi dengan perasaan.
Semester satu berlalu, semester dua berlalu, sampai pada semester delapan atau semester akhir. Aku dengannya nyaman-nyaman saja, tidak ada halangan yang berarti. Walau dulu, ketika aku menginjak semester empat, pernah ada satu konflik yang hampir menghancurkannya. Namun lagi-lagi aku bangga terhadapnya, bisa menahan tekanan yang begitu kuat.
Saat itu, aku sedang mencari celana jeans yang akan aku pakai pada sore hari. Tapi aku tidak menemukan celana yang sedang aku sayangi itu. Karena kesal tidak kunjung menemukannya juga, aku coba bertanya pada ibuku yang memang menyimpan setiap baju dan celanaku. Namun ibu malah menyuruhku untuk terus mencarinya di lemariku.
Aku pun sedikit kesal karena memang celana itu tidak ada di lemariku. Ibu terus ngotot bahwa celananya ada di lemariku. Aku semakin kesal karena tidak menemukannya untuk kesekian kali aku mencarinya. Tidak sadar ada laptop tepat di belakangku, aku langsung duduk dengan wajah menyimpan kekesalan.
Tidak sadar apa yang aku duduki itu apa, perasaanku sudah tidak enak. Ternyata laptopku menjadi korban kekesalanku, aku tidak sengaja mendudukinya. Namun anehnya, laptop ini tidak apa-apa setelah aku periksa. Sebenarnya aku tidak percaya dengan apa yang telah terjadi pada waktu itu, aku pun masih merenungkannya sampai saat ini.
Dan aku ingat satu hal saat sang penjaga toko yang dulu aku membelinya, bahwa ASUS itu tahan banting dan dapat diandalkan. Ini informasi yang sangat melegakan hati, karena yang aku tahu, ketika laptop atau notebook itu diduduki dengan beban yang lumayan berat, kira-kira beratku 60 Kg, maka laptop atau notebook itu minimal retak engselnya.
Intinya aku sangat bangga bisa memilikinya, aku sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan laptop terbaik ala ASUS. Aku percaya setelah semuanya terbukti, bukan hanya janji yang belum tentu memberikan kepuasan hati. Kini saatnya kamu yang sedang memburu laptop terbaik dan terfavorit kamu.
http://www.asus.com/id/Static_WebPage/ASUS_Blog_Contest/ 

1 comment: