Friday, 22 August 2014

LANJUTAN DUNIA LAIN



BARANG ANTIK

Gua nggak tau komposisinya apa saja, mungkin gula, garam dan lain-lain. Mungkin juga nikotin, tar dan sebagainya. Dan gua juga nggak mau tau pabrik mana yang memproduksi barang ini, karena nggak ada nama pabrikan disananya. Gua hanya tau, dibalik sapu tangan ini ada satu cerita unik tentang si dia yang selalu saja nge-se-lin. Sapu tangan ini adalah hadiah dari pesta pernikahan teman si dia. Gua juga tau, pernikahan temannya itu dimana, kapan dan bagaimana. Bahkan gua juga tau, baju apa yang si dia pakai saat ke pernikahan temannya itu. Karena gua adalah orang yang nganter si dia ke pesta pernikahannya. Jadi gua tau dimana tempat pernikahan itu berlangsung.
Saat di pesta pernikahan teman si dia, gua nggak mabuk K-Pop sama sekali, walau pun teman si dia suka K-Pop, yang ada gua dimabuk dangdut. Karena disana hiburannya dangdutan, masuk akal kan kalau gua nggak mabuk K-Pop? Hehehe… Si dia malah diam saja coba! Ketika gua muntah-muntah dengar lagu dangdut. Ternyata si dia bukan diam karena nggak suka lagu dangdut, si dia terdiam sedang meresapi lagu dangdut. Gila, lagu dangdut dijadikan lagu buat yoga sama si dia. Nggak kebayang, tapi kenyataan. Antara ada dan tiada ini mah.
Sebenarnya, gua muntah-muntah bukan karena lagu dangdutnya juga sih, tapi karena gua duduk pas banget di depan sound-nya. Kuping gua kaya yang mau meledak, mendingan ikut perang di Gaza kayanya, ketimbang harus duduk tepat di depan sound yang lagi dangdutan. Walau pun itu hanya duduk manis dan menikmati hidangan yang ada.
Setelah gua terus memerhatikan si dia, ada satu hal yang aneh lagi. Kedua ibu jari kakinya turun-naik-turun-naik, kaya kaki si amang tukang becak yang lagi ngayuh becaknya. Ternyata ada saja buat orang mengekspresikan kesukaannya dengan bagaimana pun keadaannya, termasuk si dia. Gua hanya maklum saja, gua nggak berhak melarang si dia. Walau pun si dia pacar gua, tapi tetap dia punya kesibukan sendiri, termasuk dengan ibu jari kakinya tadi. Hehe… Ya sudah lah, kita lupakan saja tentang itu, karena gua bukan mau cerita tentang hal tersebut.
Ketika perjalanan pulang, gua lupa, hadiah sapu tangan itu si dia simpan di tas gua dan gua langsung pulang. Berarti, si dia lupa juga kalau hadiah pesta pernikahan temannya itu sama gua! Setelah beberapa hari kemudian, gua baru ingat hadiah si dia ada sama gua. Itu pun setelah gua buka tas dan menemukan sebuah sapu tangan berwerna hijau yang masih dibungkus rapih dengan kotak plastiknya dan bertalikan pita berwarna merah.
Saat ketemuan sama si dia di kampus tercinta, dimana saat itu kampus inilah yang menjadi saksi bisu bertemunya antara gua dengan si dia. Eh dia malah nggak mau nerima sapu tangan hijau itu, dan si dia bilang, “Buat kaka aja,” katanya sambil tersenyum pahit kaya nyeduh kopi tapi nggak pake gula. Nggak apa-apa ko tersenyum kaya gitu, supaya gua nggak kena diabetes. Hehehe… Habisnya dia udah manis sih.

“Ko buat kaka sayang? Ini kan yang kamu,” balas gua bingung.
“Ya udah nggak apa-apa, buat kaka aja,” tegas si dia.

Gua terima saja daripada ngomel-ngomel lagi, malu banyak orang. Lagian siapa tau sapu tangan ini bakal manfaat sewaktu-waktu. Manusia kan nggak ada yang tau, kapan suatu barang diperlukan. Bahkan, barang yang sudah ratusan tahun pun, sekarang malah dicari-cari buat koleksi, harganya tinggi lagi. Siapa tau sapu tangan ini pun jadi barang antik, dua hari kedepan.
Ternyata nggak perlu menunggu waktu selama dua hari untuk menjadikan sapu tangan yang berwarna hijau itu menjadi barang antik. Cukup menunggu setelah percakapan antara gua dan si dia selesai pun, gua langsung deklarasikan, bahwa sapu tangan ini adalah barang antik yang mahal harganya. Alasannya cuma satu, “Itu ada bekas cokelat di bibir kaka,” si dia mencoba memberi tau gua, bahwa ada bekas cokelat di bibir gua. Ya, memang sebelumnya gua dan si dia makan es cream cokelat, yang gua beli dari mini market, sebelum gua mau menemui si dia.
“Sini coba, mana sapu tangan yang tadi!” si dia menanyakan sapu tangannya, dan setelah sapu tangan itu berpindah tangan dari gua ke si dia, dia mengusap bibir gua yang ada bekas cokelatnya dengan sapu tangan tadi. Gua hanya bisa terdiam, walau pun selama ini si dia suka ngomel-ngomel, ternyata si dia romantis juga. Hahaha… Itulah alasannya, mengapa sapu tangan hijau ini menjadi barang antik buat gua.

No comments:

Post a Comment