BARANG ANTIK
Gua nggak tau
komposisinya apa saja, mungkin gula, garam dan lain-lain. Mungkin juga nikotin,
tar dan sebagainya. Dan gua juga nggak mau tau pabrik mana yang memproduksi
barang ini, karena nggak ada nama pabrikan disananya. Gua hanya tau, dibalik
sapu tangan ini ada satu cerita unik tentang si dia yang selalu saja nge-se-lin.
Sapu tangan ini adalah hadiah dari pesta pernikahan teman si dia. Gua juga tau,
pernikahan temannya itu dimana, kapan dan bagaimana. Bahkan gua juga tau, baju
apa yang si dia pakai saat ke pernikahan temannya itu. Karena gua adalah orang
yang nganter si dia ke pesta pernikahannya. Jadi gua tau dimana tempat
pernikahan itu berlangsung.
Saat di pesta
pernikahan teman si dia, gua nggak mabuk K-Pop sama sekali, walau pun teman si
dia suka K-Pop, yang ada gua dimabuk dangdut. Karena disana hiburannya
dangdutan, masuk akal kan kalau gua nggak mabuk K-Pop? Hehehe… Si dia malah
diam saja coba! Ketika gua muntah-muntah dengar lagu dangdut. Ternyata si dia
bukan diam karena nggak suka lagu dangdut, si dia terdiam sedang meresapi lagu
dangdut. Gila, lagu dangdut dijadikan lagu buat yoga sama si dia. Nggak
kebayang, tapi kenyataan. Antara ada dan tiada ini mah.
Sebenarnya, gua
muntah-muntah bukan karena lagu dangdutnya juga sih, tapi karena gua duduk pas
banget di depan sound-nya. Kuping gua
kaya yang mau meledak, mendingan ikut perang di Gaza kayanya, ketimbang harus
duduk tepat di depan sound yang lagi
dangdutan. Walau pun itu hanya duduk manis dan menikmati hidangan yang ada.
Setelah gua terus
memerhatikan si dia, ada satu hal yang aneh lagi. Kedua ibu jari kakinya
turun-naik-turun-naik, kaya kaki si amang tukang becak yang lagi ngayuh
becaknya. Ternyata ada saja buat orang mengekspresikan kesukaannya dengan
bagaimana pun keadaannya, termasuk si dia. Gua hanya maklum saja, gua nggak
berhak melarang si dia. Walau pun si dia pacar gua, tapi tetap dia punya
kesibukan sendiri, termasuk dengan ibu jari kakinya tadi. Hehe… Ya sudah lah,
kita lupakan saja tentang itu, karena gua bukan mau cerita tentang hal
tersebut.
Ketika perjalanan
pulang, gua lupa, hadiah sapu tangan itu si dia simpan di tas gua dan gua
langsung pulang. Berarti, si dia lupa juga kalau hadiah pesta pernikahan
temannya itu sama gua! Setelah beberapa hari kemudian, gua baru ingat hadiah si
dia ada sama gua. Itu pun setelah gua buka tas dan menemukan sebuah sapu tangan
berwerna hijau yang masih dibungkus rapih dengan kotak plastiknya dan
bertalikan pita berwarna merah.
Saat ketemuan sama si
dia di kampus tercinta, dimana saat itu kampus inilah yang menjadi saksi bisu
bertemunya antara gua dengan si dia. Eh dia malah nggak mau nerima sapu tangan
hijau itu, dan si dia bilang, “Buat kaka aja,” katanya sambil tersenyum pahit
kaya nyeduh kopi tapi nggak pake gula. Nggak apa-apa ko tersenyum kaya gitu,
supaya gua nggak kena diabetes. Hehehe… Habisnya dia udah manis sih.
“Ko buat kaka sayang? Ini kan yang kamu,”
balas gua bingung.
“Ya udah nggak apa-apa, buat kaka aja,”
tegas si dia.
Gua terima saja
daripada ngomel-ngomel lagi, malu banyak orang. Lagian siapa tau sapu tangan
ini bakal manfaat sewaktu-waktu. Manusia kan nggak ada yang tau, kapan suatu
barang diperlukan. Bahkan, barang yang sudah ratusan tahun pun, sekarang malah
dicari-cari buat koleksi, harganya tinggi lagi. Siapa tau sapu tangan ini pun
jadi barang antik, dua hari kedepan.
Ternyata nggak perlu menunggu waktu selama dua hari untuk menjadikan sapu tangan yang berwarna hijau itu menjadi barang antik. Cukup menunggu setelah percakapan antara gua dan si dia selesai pun, gua langsung deklarasikan, bahwa sapu tangan ini adalah barang antik yang mahal harganya. Alasannya cuma satu, “Itu ada bekas cokelat di bibir kaka,” si dia mencoba memberi tau gua, bahwa ada bekas cokelat di bibir gua. Ya, memang sebelumnya gua dan si dia makan es cream cokelat, yang gua beli dari mini market, sebelum gua mau menemui si dia.
Ternyata nggak perlu menunggu waktu selama dua hari untuk menjadikan sapu tangan yang berwarna hijau itu menjadi barang antik. Cukup menunggu setelah percakapan antara gua dan si dia selesai pun, gua langsung deklarasikan, bahwa sapu tangan ini adalah barang antik yang mahal harganya. Alasannya cuma satu, “Itu ada bekas cokelat di bibir kaka,” si dia mencoba memberi tau gua, bahwa ada bekas cokelat di bibir gua. Ya, memang sebelumnya gua dan si dia makan es cream cokelat, yang gua beli dari mini market, sebelum gua mau menemui si dia.
“Sini coba, mana sapu
tangan yang tadi!” si dia menanyakan sapu tangannya, dan setelah sapu tangan
itu berpindah tangan dari gua ke si dia, dia mengusap bibir gua yang ada bekas
cokelatnya dengan sapu tangan tadi. Gua hanya bisa terdiam, walau pun selama
ini si dia suka ngomel-ngomel, ternyata si dia romantis juga. Hahaha… Itulah
alasannya, mengapa sapu tangan hijau ini menjadi barang antik buat gua.