Tuesday, 20 November 2012


SENYUMAN MANIS
            Hanya senyuman manisnya yang selalu dekat dengan jiwa ini. Tak tahu apa yang selalu dirasakan bila ia terlihat dikejauhan, dan tak tahu apa yang mesti dilakukan ketika ia berdekatan. Tatapan mata yang memancarkan kedamaian ia perlihatkan lewat mata sayunya, senyuman yang begitu manis tak ragu ia tebarkan, dan tingkahnya yang menggemaskan tak luput dari pandangan. Namun apa gerangan, jiwa ini selalu dibuatnya tak berdaya. Ya Tuhan, Ingin sekali rasanya ia menunjukan sikap simpati pada raga yang tak sempurna ini, tapi apa daya, memang ia tidak mengetahui apa yang ada dalam gumpalan darah ini. Sungguh, sungguh tak berdaya akal dan hati ini, semua terdiam ketika ia datang dengan sesekali menyapa  dan gurauan, terdiam dan terkesima selalu menjadi teman setia ketika ia tiba. Ada apa dengan keadaan ini, apakah memang tumbuh rasa didalam hati?
            Suka, cinta atau istilah lainnya, mungkin itu yang sedang mengalir menggantikan darah dalam tubuh yang sedang resah, lalu bagaimana jasmani ini bisa mengungkapkannya, bahkan alam pikiran pun seperti berhenti dalam gerak ketika berhadapan dengannya dan ia tak tahu arah tujuan. Ya Tuhan, seberapa hebatnya ia yang terus membuat nyali ini mengumpat dalam kebahagiaan ketika memandangnya, ingin rasa ini memiliki rasanya dan ingin rasanya terus bersamanya, walau pun memang tak bisa memilikinya, izinkanlah untuk terus disampingnya. Maka timbullah satu pertanyaan dalam benak yang membuat penasaran, apakah ia juga marasakan apa yang sedang dirasakan?
            Mungkin tak akan ada jawaban bila tidak diungkapkan. Gumpalan rasa itu terus menerjang si pemompa darah, sehingga ia bekerja tidak seperti biasanya, apalagi ketika ia duduk disamping jiwa ini, yang tak lepas dari senyuman khasnya, rasanya seperti mendapatkan berkah yang tak terhingga nikmatnya dari sang Maha Kuasa. Mengungkapkan rasa ini memang sudah semestinya, tidak akan pernah tahu apa yang ia rasakan bila terus harus menyembunyikannya, walau hanya menunjukan dengan sikap yang simpati padanya, tetap saja ia tidak akan pernah tahu apa isi dari semuanya.
            Dua elemen yang memang sangatlah penting dalam menjalani perjalanan hidup yang berat rasanya. Perasaan dan ungkapan seperti halnya ucapan dan perbuatan atau teori dan praktek, bila kita memang mempunyai satu ucapan yang memerlukan perbuatan, maka berbuatlah sesuai dengan ucapan anda. Menyesakkan rasanya bila mempunyai satu perasaan yang tak terungkapkan, tapi memang harus butuh waktu yang tepat untuk mengungkapkannya, yang menjadi pertanyaan besar adalah, apakah ia sudah ada yang memiliki? Ada atau tidak bukanlah menjadi masalah untuk sebuah ungkapan, karena suka adalah hak seseorang pada seseorang, yang terpenting tidak mengganggu ketenangannya, namun raga ini tak kuasa untuk mengungkapkannya, haruskah rasa ini terus dipelihara dalam raga? sukar sekali memang untuk membuat sebuah ungkapan. Begitu juga dengan ucapan anda yang membuat tindakan harus ada, mau tidak mau mesti dilakukan, masalah bisa atau tidak kita lihat hasilnya. Memang harus memerlukan waktu panjang untuk bisa merealisasikan hal yang anda ucapkan, tapi cepat atau lambat, setidaknya ada tindaklanjut dari apa yang telah anda ucapkan, satu modal yang harus menjadi teman perjalan, percayadiri, dan satu hal yang membuat hidup selalu ringan, senyuman. Dengan senyuman maka semuanya akan terasa dalam gurauan yang penuh kebanggaan dalam menjalani sebuah roda kehidupan, tersenyumlah walau kita sedang berada dibawah, dan tersenyum manislah ketika kita sedang merasakan puncak roda kehidupan, karena senyuman akan memberikan pengaruh yang positif pada alam pikiran kita, dan bahagia rasanya melihat ia terus tersenyum dengan ria walau dalam perjuangan yang melelahkan. 




SENYUMAN M'ANIS'A

No comments:

Post a Comment