SENYUMAN MANIS
Hanya senyuman manisnya
yang selalu dekat dengan jiwa ini. Tak tahu apa yang selalu dirasakan bila ia
terlihat dikejauhan, dan tak tahu apa yang mesti dilakukan ketika ia
berdekatan. Tatapan mata yang memancarkan kedamaian ia perlihatkan lewat mata
sayunya, senyuman yang begitu manis tak ragu ia tebarkan, dan tingkahnya yang
menggemaskan tak luput dari pandangan. Namun apa gerangan, jiwa ini selalu
dibuatnya tak berdaya. Ya Tuhan, Ingin sekali rasanya ia menunjukan sikap
simpati pada raga yang tak sempurna ini, tapi apa daya, memang ia tidak
mengetahui apa yang ada dalam gumpalan darah ini. Sungguh, sungguh tak berdaya
akal dan hati ini, semua terdiam ketika ia datang dengan sesekali menyapa dan gurauan, terdiam dan terkesima selalu
menjadi teman setia ketika ia tiba. Ada apa dengan keadaan ini, apakah memang
tumbuh rasa didalam hati?
Suka, cinta atau istilah
lainnya, mungkin itu yang sedang mengalir menggantikan darah dalam tubuh yang
sedang resah, lalu bagaimana jasmani ini bisa mengungkapkannya, bahkan alam
pikiran pun seperti berhenti dalam gerak ketika berhadapan dengannya dan ia tak
tahu arah tujuan. Ya Tuhan, seberapa hebatnya ia yang terus membuat nyali ini
mengumpat dalam kebahagiaan ketika memandangnya, ingin rasa ini memiliki
rasanya dan ingin rasanya terus bersamanya, walau pun memang tak bisa
memilikinya, izinkanlah untuk terus disampingnya. Maka timbullah satu pertanyaan dalam benak yang membuat penasaran, apakah ia juga marasakan apa yang sedang dirasakan?
Mungkin tak akan ada
jawaban bila tidak diungkapkan. Gumpalan rasa itu terus menerjang si pemompa
darah, sehingga ia bekerja tidak seperti biasanya, apalagi ketika ia duduk
disamping jiwa ini, yang tak lepas dari senyuman khasnya, rasanya seperti
mendapatkan berkah yang tak terhingga nikmatnya dari sang Maha Kuasa.
Mengungkapkan rasa ini memang sudah semestinya, tidak akan pernah tahu apa yang
ia rasakan bila terus harus menyembunyikannya, walau hanya menunjukan dengan
sikap yang simpati padanya, tetap saja ia tidak akan pernah tahu apa isi dari
semuanya.
Dua elemen yang memang sangatlah
penting dalam menjalani perjalanan hidup yang berat rasanya. Perasaan dan
ungkapan seperti halnya ucapan dan perbuatan atau teori dan praktek, bila kita
memang mempunyai satu ucapan yang memerlukan perbuatan, maka berbuatlah sesuai
dengan ucapan anda. Menyesakkan rasanya bila mempunyai satu perasaan yang tak
terungkapkan, tapi memang harus butuh waktu yang tepat untuk mengungkapkannya,
yang menjadi pertanyaan besar adalah, apakah ia sudah ada yang memiliki? Ada atau
tidak bukanlah menjadi masalah untuk sebuah ungkapan, karena suka adalah hak seseorang pada
seseorang, yang terpenting tidak mengganggu ketenangannya, namun raga ini tak kuasa untuk mengungkapkannya, haruskah rasa ini terus dipelihara dalam raga? sukar sekali memang untuk membuat sebuah ungkapan. Begitu juga dengan
ucapan anda yang membuat tindakan harus ada, mau tidak mau mesti dilakukan,
masalah bisa atau tidak kita lihat hasilnya. Memang harus memerlukan waktu
panjang untuk bisa merealisasikan hal yang anda ucapkan, tapi cepat atau
lambat, setidaknya ada tindaklanjut dari apa yang telah anda ucapkan, satu modal yang harus menjadi teman perjalan, percayadiri, dan satu hal yang membuat hidup selalu ringan, senyuman. Dengan senyuman maka semuanya akan terasa dalam gurauan yang penuh kebanggaan
dalam menjalani sebuah roda kehidupan, tersenyumlah walau kita sedang berada
dibawah, dan tersenyum manislah ketika kita sedang merasakan puncak roda
kehidupan, karena senyuman akan memberikan pengaruh yang positif pada alam
pikiran kita, dan bahagia rasanya melihat ia terus tersenyum dengan ria walau
dalam perjuangan yang melelahkan.
SENYUMAN M'ANIS'A
No comments:
Post a Comment