Pendidikan Kedua
Komunitas menjadikan
dirinya sebagai pendidikan kedua setelah pendidikan formal. Dalam sebuah
komunitas kita tidak sadar bahwa terdapat sebuah tujuan yang menjadikan manusia
sebagai manusia. Ini sama halnya dengan tujuan pendidikan itu sendiri,
khususnya di Indonesia. Contohnya saja, dalam komunitas menulis atau
jurnalistik, para anggota dari komunitas tersebut menulis, menyajikan dan
memberitakan apa yang sedang terjadi disekitar mereka dan berupaya untuk
memfasilitasi masyarakat tentang sebuah kejadian. Secara tidak langsung, mereka
telah memberikan jalan ajakan untuk sama-sama menjadi manusia seutuhnya.
Yang paling menakjubkan
dari sebuah komunitas, para anggota mereka belajar dengan santai dan sangat
menikmati, sepertinya komunitas tersebut dijadikan wadah untuk menyalurkan hobi
mereka! Maka darinya, tak jarang dari setiap anggota komunitas mendapatkan satu
hal yang menjadi tujuan dari pembelajaran yang santai, selama mereka berada
dalam lingkaran komunitas tersebut. Terdapat
sebuah pekerjaan rumah disini, yang amat berat bagi pakar pendidikan. Bagaimana
caranya, supaya pendidikan formal menjadi lahan untuk menyalurkan hobi peserta
didik. Ini adalah tuntutan, mau tidak mau ini seharusnya dijalankan oleh
mereka. Karena fakta dilapangan, banyak peserta didik yang hanya menjadi korban
pemaksaan yang mewajibkan mereka duduk dibangku sekolah untuk masa depan yang
tidak jelas.
Bayangkan mereka yang
berada dalam sebuah komunitas tertentu yang sudah jelas kemana arahnya. Mereka
menikmati proses penyampaian materi, dan mereka terlihat seperti keluarga yang
sedang berdiskusi. Berbeda halnya dengan pendidikan formal, guru selalu
menjadikan dirinya yang serba tahu. Tidak memecahkan satu masalah yang menjadi
problema bagi peserta didiknya. Disini terdapat satu pertanyaan yang sangat
mudah untuk dijawab, apa yang salah dengan pendidikan kita?
Ada yang melirik dan
mangatakan “politik yang sedikit banyaknya mengganggu pendidikan kita”. sangat
menakjubkan. Memang, sebuah negara tak akan lepas dari yang namanya politik.
Politik menjelma menjadi makhluk yang menakutkan bagi setiap orang, bahkan
orang yang bisa mempermainkannya. Walau pun tidak sepenuhnya benar, namun
seddikit ada benarnya juga. Politik sudah mengikis pendidikan kita. Banyaknya
biaya untuk memberikan fasilitas bagi mereka yang kurang mampu, dijadikanya
ladang politik yang sudah terlalu banyak mengorbankan mereka yang berprestasi.
Tak jarang kita temui, banyak mereka yang berprestasi yang tidak bisa
melanjutkan dengan alasan biaya. Pada akhirnya, mereka lari pada sebuah
komunitas dan apa yang terjadi? Mereka bisa mengejutkan sekolah-sekolah
ternama, bahkan berstandar internasional.
Indonesia bisa merdeka
dari penjajahan belanda, walau hanya dengan bersenjatakan bambu runcing.
Begitupun Mereka, walau hanya sebagian, yang tidak ambil diam dengan
keadaannya. Semangat kemerdekaan mengalir dalam darah mereka yang terus
membuktikan kepada “penjajah pendidikan”. Mengambil satu langkah menjadi
anggota sebuah komunitas, memberikannya sejuta harapan. Karena inilah
pendidikan kedua sangat membantu bagi mereka yang tidak mampu, dengan didorong
keharmonisan sebuah komunitas, mereka menjadikan dirinya merdeka dari penjajahan.
No comments:
Post a Comment