WALAU ODONG, TETAP SAYANG DONG
Sudah beberapa bulan
ini gua menjalani hidup baru dengan seorang kekasih yang baru. Menurut gua dia
baik, cantik juga unik. Ada saja tingkahnya yang selalu membuat gua nggak mau
pisah darinya. Sampai-sampai, ia selalu pulang malam gara-gara gua yang selalu
ingin berlama-lama dengan dia. Gua juga heran, padahal masih banyak kegiatan
yang mesti gua lakukan, diantaranya gosok gigi, karena gua belum mandi saat itu.
Gua jadi bertanya-tanya, apa ini yang dinamakan cinta?
Hmmmm… gua jadi ingat
satu lagu tentang cinta. Nyanyi dulu ya…
Inikah
namanya cinta
Oh
inikah cinta
Cinta
pada jumpa pertama
Inikah rasanya cinta
Oh inikah cinta
Terasa bahagia
Saat jumpa
Dengan dirinya…[1]
Suara
gua bagus kan? Kemaren saja, pas reunian SMA gua memberanikan diri buat naik
panggung dan menyanyikan satu buah lagu. Dan hasilnya, teman-teman gua
meneriaki gua, mereka pun menyuruh gua nyanyi lagi (saking enaknya kali ya
suara gua, merdu kaya bebek kehilangan rombongannya). Sehingga satu per satu
dari mereka meninggalkan ruangan, gua jadi terharu. Kayanya mereka mau
mendaftarkan gua ke X-Factor. Ya sudah lah, lupakan saja…
Gua
merasa sangat bangga bisa mendapatkan seseorang yang unik seperti dia (hai…),
yang selalu membuat gua ingin dekat dengannya. Saat jauh darinya, gua nggak tau
mau berbuat apa. Makanya gua mau terus dekat dengannya, tapi gua nggak bisa
terus-terusan sama dia. Karena dia pun punya kesibukan lain. Gua hanya bisa
bilang, “Miss you…”
Namun
ada satu kalimat yang keluar dari bibir manisnya, yang membuat gua nggak bisa
komentar apa-apa. “Yang namanya pacaran kan, kalau nggak jodoh ya putus,”
katanya saat di taman anak-anak. Gua heran, mengapa dia mengeluarkan kalimat
itu! Padahal gua nggak berpikir pacaran itu ujung-ujungnya hanya buat putus.
Gua hanya ingin meyakinkan dalam hati dengan berkata, “Kamulah yang aku cari.”
Memang,
perkataannya nggak salah, malahan bisa dibilang benar. Banyak orang yang
pacaran ujung-ujungnya putus. Mungkin karena mereka nggak menemukan kecocokan,
atau mungkin juga karena pasangannya nggak bisa melengkapi kekurangan atau
kelebihan pasangannya.
Gua
pun pernah menjadi korban dari kelebihan gua saat masih SMA. Gini-gini juga,
gua pernah SMA loh, haha… Saat itu, dia mempermasalahkan kebiasaan gua yang
hobi sepak bola. Gua juga tau, jarang-jarang cewe suka bola yang ada kan cewe
itu suka sama gua, hehe... Maka darinya gua bilang “Bedakan hobi dengan
hubungan kita. Kamu juga hobi makan sampah, aku nggak masalahin ko!” Namun apa
boleh buat, gua putus karena hobi gua itu, “Pilih bola, atau pilih aku!?”
tanyanya dengan geram sama gua.
Gua
langsung terheran-heran dan banyak pertanyaan yang timbul dalam diri gua, “Cewe
tuh kaya gini ya!?” Tanya gua dalam hati sambil makan kerupuk udang. “Kenapa kaya
gini ya!?” Tanya gua lagi sambil makan plastik bekas kerupuk udang. “Ko
mau-maunya disamain sama bola. Mendingan udahan aja dech…” pikir gua sambil
nelen plastik kerupuk udang dan gua pun langsung dilarikan ke bengkel terdekat.
Akhirnya,
saat itu juga gua bilang sama dia, gua nggak mau kalau hobi gua diganggu. “Tapi
jangan putus ya…” pinta gua sama dia. “Kalo kamu tetap pilih hobi kamu,
mendingan kita putus!” jawab dia dengan muka kaya Hulk. Gua nggak tau harus
berbuat apa lagi, dan nggak perlu pikir panjang lagi sebenarnya, gua pun
menandatangani SK (surat keputusan) tersebut. Karena kalau gua masih tetap
bertahan sama dia, gua bakal terkekang kaya kangkung di pasar yang diiket,
alias nggak bebas.
Gua
juga mulai diherankan dengan keadaan saat gua menyetujui SK, “Ko kamu pengen
putus sih…” dia bertanya sama gua dengan nada mellow yang sebenarnya memohon
untuk nggak putus. Gua langsung manggil ambulan dan dirawat di UGD terjauh. Gua
semakin bingung, “Cewe ko kaya gini ya!” pikir gua. “Apa cewe semuanya kaya
gitu!?” pikir gua lagi sambil mepersiapkan tali buat gantung diri. Tapi itu
masa lalu, biarlah...
Sekarang,
gua nggak menemukan hal seperti itu tuh. Makanya gua yakin, dia adalah pilihan
yang tepat buat gua. Cuma satu yang bikin gua kesel, nggak kesel juga sih, cuma
aneh doang. Kadang-kadang dia tuh suka odong (Peace… hehe…). Contohnya saja,
saat dia mau pulang dari kampus, gua bilang, “Hati-hati di jalan, kalo udah
nyampe BBM ya, atau SMS,” saran gua. “I LOVE YOU,” sambung gua sambil menutup
percakapan saat itu. “I LOVE YOU TOO” jawabnya sambil menyalakan motor hitamnya.
Berangkatlah dia dengan meninggalkan kesan yang begitu indah.
Sekitar satu jam kemudian,
BBM gua meneriakan suaranya. Pas gua lihat, ternyata dari dia dan di sana
tertuliskan “BBM.” Gua bingung, kenapa dia menulis kaya gitu. Gua pun membalasnya
dengan kebingungan gua, “Maksudnya!?”. “Udah nyampe rumah” jawab dia, “Kan tadi
katanya suruh BBM kalo udah nyampe” sambung dia.
“Hmmmmmm…” gua coba
menarik napas, dan gua langsung lari dengan tergesa-gesa mencari pohon kelapa,
terus manjat kaya kera sakti dan terjun dengan kepala dibawah. “Odong banget
sih kamu!” kesal gua ketika itu. Tapi apa daya dan upaya, harap maklum saja lah,
namanya juga Sandi Mustika. Mungkin kepalanya kejedot tiang listrik terus
otaknya geser dikit kali, makanya kaya gitu.
Dan sekali lagi, gua
menemukan satu kelebihan dia. Walau pun odong, gua tetap sayang ko. Karena keodongannya
itulah, sepertinya gua nggak mau jauh dari dia. Makanya, gua selalu meluangkan
waktu buat dia, supaya gimana caranya bisa ketemuan walau gua sedang sibuk
menguras lautan yang ada di kamar mandi, alias bak mandi. I love You honey…